Sabtu, 30 September 2017

Mengawal perjalanan bantuan kemanusiaan Indonesia ke Bangladesh

Mengawal perjalanan bantuan kemanusiaan Indonesia ke Bangladesh


Dengan mengucap Bismillahirrohmanirrohim, bantuan kemanusiaan dari Indonesia menuju ke perbatasan Banglades-Myanmar saya nyatakan diberangkatkan”, begitulah kalimat terakhir yang di ucapkan Presiden Joko Widodo saat melepas bantuan kemanusian tahap pertama ke Banglades yang bernama Civic Mission Indonesia.
Ada empat pesawat hercules C-130 yang mengangkut bantuan kemanusiaan dengan total mencapai 34 ton tersebut. Didalamnya ada bantuan berupa beras, sandang, family kit, fleksibel tank, tanda pengungsian.
Saat di lepas rabu 13 september, ke empat pesawat hercules itu menuju bandara sultan iskandar muda aceh, untuk transit, pengisisan bahan bakar, serta melakukan koordinasi (clearence) sebelum memasuki dan melakukan pendaratan diwilayah Banglades. Tim pun harus menginap semalam di aceh.

Bergabung dengan bantuan kemanusiaan, keadaan didalam pesawat begitu padat, sampai tim pun harus duduk diatas bantuan kemanusiaan tersebut, keadaan tidak terlalu dingin kerna padat dengan barang bantuan, melawan ac pesawat hercules yang berada di atas ketinggian 15.000 selama 4,5 jam, sejam sebelum mendarat barulah terasa seperti teman-teman yang pernah rasakan saat terbang dengan pesawat hercules, dinginya minta ampun. Jaket monitor mudik serta kuplik penutup kepala pun tidak mempan. Oh ya saat posisi dingin seperti ini oran mudah masuk angin, salusinya adalah jangan membiarkan perut kosong, minimal ngemil biskuit atau apa saja yang bisa dikunyah.
Pesawat herculis mendarat dengan mulus, sampai-sampai saya tidak sada sidah masuk wilayah banglades. Bandara syah amanat chittagong, banglades tidaklah sebesar seperti bandara2 di kota besar di Indonesia. Dari perhitunganku, hanya bisa 5-6 pesawat yang bisa parkir, oleh karena itulah, pesawat hercules yang membawa bantuan ke banglades harus datang secara bertahap. Jika ke empatnya langsung mendarat, bagaimana dengan pesawat sipil/komersil yang akan mendarat.


Hari kamis 14 september, 2 pesawat hercules membawa bantuan yang paling dibutuhkan, yaitu tebnda pengungsian dan sandang. Maklum kondisi di camp pengungsian katanya basah kerna hujan. Tiba di bandara chittagong, pada pukul 17.00 waktu setempat (WS) disusul 2 jam kemudian 19.00 WS, pesawat kedua mendarat, tidak butuh waktu lama bagi tim civic mission, hanya memeiliki waktu mepet 2 jam tuk bongkar muat, isi bahan bakar dan lain-lain kemudian pesawat hercules kembali pulang ke aceh sembari menjemput bantuan kemanusiaan yang akan dikirim lagi, atau lapangan parkir bandara akan penuh dan mengganggu kondisi udara di bandara itu.
Dihari yang sama, kamis. Bantuan kemanusiaan di serahkan dari BNPB ke dubes indonesia untuk banglades, dari dubes di bangladesh kemudian diserahkan ke pemerintah Banglades. Dari statament perwakilan pemerintah yang menerima bantuan tersebut, dia mengatakan bahwasanya bantuan oini akan segera langsung di distribusikan di camp pengungsian coxs bazar dan kutupalong jaraknya pun 170km dari kota chittagong, melalui lembaga internasional dan pemerintah indonesia berhak mengawasi pendistribusiannya.

pendataan pengungsi penerima bantuan dari Indonesia
Ada banyak hal yang saya pelajari saat ditugaskan soal pengiriman bantuan kemanusiaan, bahwasanya tidak semudah teriak save-save-save. Ada proses perijinan diman-mana. Pertama perijinan memasuki wilayah, misal wilayah udara, ada slot kosong kah saat mendarat, jam berapa pesawat bisa mendarat, perijinan menggunakan gudang untuk menampung bantuan, apakah bantuan dikenakan pajak atau tidak, apakah bantuan benar di butuhkan atau tidak, administrasinya bagaimana, bagaaimana bantuan dibawa ke camp, bagaimana pendistribusian, kerna tidak jarang saaat didistribusikan malah menimbulkan konflik, entah itu saling berebutan atau lain sebagainya.


2 pesawat selanjutnya datang dengan membawa bantuan beras, family kit, gula dan lain-lain.
Sebelum menjemput kedatangan bantuan, ada breafing dari BNPB, Dubes dan tim kemanusiaan, bahwasanya akan berusaha memasuki camp pengungsi dan melakukan pencatatan kebutuhan apa saja yang dibuthkan pengungsi, ada wacana tuk melakukan pembelian langsung barang-barang kebutuhan di banglades ketimbang harus membawa dari indonesia, kerna ini dianggap lebih efisian.

bantuan tiba di bandara internasional syah manat chittagong, Banglades
Sore hari di jam yag sama, datanglah bantuan tersebut, seperti di hari pertama bongkar buat dan lain-lain tapi kali ini ada pesawat airbush dari iran datang yang juga membawa bantuan, makin padatlah bandara chittagong, tim bekerja dengan waktu, agara pesawat hercules bisa segera lepas landas dikarenakan ada  pesawat komersil yang akan mendarat. Jumat malam kami melakukan koordinasi, apakah tim diperkenankan masuk camp ? ternyata masih nihil. Ada alasan kuat dari pemerintah banglades belum memperbolehkan kami masuk, dengar kabar dari tema relawan situati memang belum layak tuk tim masuki, ada faktor keamanan disana. Laporan foto kami terima, bantuan sudah sampai di gudang camp pengungsian, alhamdulillah.
Sabtu, 16 september, ada 2 pesawat hercules datang, dan ini diluar dari 4 pesawat yang dilepas presiden pada rabu lalu. Daripada menunggu jadwal yg belum jelas, ikutlah kami dengan pesawat hercules itu kembali ke Indonesia.

Banglades merupakan negara terdampak dari kisruh rakhin state, entah sejak kapan konflik ini, berbagai informasi sudah banyak beredar. Beruntung Banglades memiliki perdana menteri yang pernah mengalami posisi menjadi pengungsi, jadi tau baimana rasanya menjadi pengungsi dan disinilah kita melihat jiwa besar dan duuuuh apa yak namanya jika dulu pernah mengalami dan tidak ingin orang lain juga mengalaminya....?. Saya mengutip dari berbagai sumber dan kiranya dapat dipercaya, “banglades negara besar, penduduk kami banyak, dan kami mampu menghidupinya, kalau pengungsi itu berjumlah 600.000 sekali pun, kami masih sanggup memberi mereka makan, tapi itu bukan solusi, selesaikan konfliknya. Saya kutip dari aljazeerah.

Ada banyak faktor kenapa saya dan teman2 jurnalis Indonesia belum bisa menjangkau kawasan pengungsian di Banglades cox’s bazar dan kutupalog salah satunya perijinan keamanan yang belum memperbolehkan kami kesana, walaupun kami jurnalis setidaknya kami harus menghormati kedaulatan sebuah negara.
Mengingat ini isu yang sangat sensitif saya pun sebenranya agak khawatir jika harus melaporkan suasana disana, takut terdapat kesalahan dan memberikan efek bagi yang menerima, tapi saya harus bisa kesana dengan melihat langsung dengan kepala sendiri, tapi apadaya niat hanyalah niat. Dari berbagai sumber instagram misalanya dari jurnalis banglades dan india saya bisa melihat keadaan disana hasil sebuah kamera foto dan video.

Mengarahkan konflik rakhine state ke sebuah isu SARA akan semakin merusak arus informasi dan dampaknya akan semakin memperburuk suasana, apalagi mengarahkannya ke Indonesia. Kita patut bersyukur indonesia yang luas ini diberikan karunia yang beragam, suku , agama, ras serta antar golongan bisa hidup berdampingan tanpa harus berkonflik. Wilayah yang subur, kondisi iklim yan tidak ekstrim, sumber daya alam dan manusia yang berlimpah, yang ingin saya sampaikan dalam tulisan saya ini adalah saya BERMOHON kepada yang membaca tulisan saya ini, saya tidak ingin negara kita ini seperti negara-negara lainya yang berkonflik terus hancur.
Diplomasi yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia patut kita acungi jempol. Sebelum bantuan ini datang, kedubes ri banglades serta menlu retno menyambangi banglades dan myanmar tuk melakukan diplomasi. Kenapa harus indonesia, ini pemikiran saya saja mungkin kerna indonesia adalah saudara bagi kedua negara tersebut yang ada banyak kesamaan masalalu dan keadaan sekarang yang dialami kedua negara tersebut.

Selepas dari banglades, KBRI banglades tetap melaporkan kepada kami hasil di pengungsian. Alhamdulillah nya kami dikirimkan foto kalau bantuan kemanusiaan dari Indonesia telah sampai di pengungsi, tenda telah berdiri, bantan sudah disitribusikan secara tertib, maklum banyak foto dan video yang saya lihat ketika pmbagian bantuan para pengungsi selalu berebutan, alhasil tak jan menimbulkan korban. Oh iya act juga berada disana, kami melihat foto pembagian distribusinya juga berjalan tertib.

Tenda sdh berdiri

Akhirul kalam saya bingung mau menulis apa lagi...
Terimaksih sudah mau membaca.


Next cerita
BEDEBAH “Bekerja dengan bhagia dan Ikhlas”

Bertemu dengan jurnalis banglades yang supel, ramah dan kisah balik layar selama di Banglades

Tidak ada komentar:

Posting Komentar